Selasa, 22 Juni 2010

MASJID AGUNG SUNDA KELAPA

Tak seperti masjid kebanyakan, Masjid Agung Sunda Kelapa tak memiliki kubah, bedug, bintang-bulan, dan sederet simbol yang biasa terdapat dalam sebuah masjid. Menara yang ada pun sangat unik. Bentuk bangunannya mirip perahu, sebagai simbol pelabuhan Sunda Kelapa tempat saudagar muslim berdagang dan menyebarkan syariat Islam di masa lalu.
Selain itu, bentuk perahu adalah makna simbolik kepasrahan seorang muslim. Bagaikan orang duduk bersila dengan tangan menengadah, berdoa mengharap rahmat dan kasih sayang-Nya.

Abbas, tak sendirian. Ia didukung para jenderal di Menteng yang menyumbangkan dana awal pembangunannya. Para jenderal merasa harus meluruskan kekeliruan sejarah atas G30S/PKI, dengan membangun sebuah masjid yang nyaman untuk pelaksanaan ibadah. Karena pembangunan tak kunjung selesai, Pemda DKI Jakarta semasa Ali Sadikin (alm), merasa harus turun tangan Pemda merampungkan pembangunannya sampai berdiri kokoh pada tahun 1970.

Menempati area 9.920 m², Masjid Agung Sunda Kelapa mampu menampung 4.424 jamaah. Ini ditunjang dengan Ruang Ibadah Utama Masjid Sunda Kelapa, Aula Sakinah, dan Serambi Jayakarta.

Staf operasional Masjid Agung Sunda Kelapa, Rudi, bertutur, “Dengan ruangan kantor lima lantai, Masjid Agung Sunda Kelapa siap melayani umat seminggu penuh pukul 08.00-20.00 WIB. Terdapat Baitul Maal yang mengadakan penggalangan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) untuk mendukung layanan kesehatan cuma-cuma bagi fakir-miskin di wilayah Jabodetabek.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar