Selasa, 22 Juni 2010

Pedang-Salib di Masjid Agung Bekasi

BEKASI – Belum reda panasnya penghujatan terhadap Islam di blog Bellarminus, sepekan kemudian, Kota Patriot Bekasi kembali dihadiahi adegan SARA. Di Masjid Agung Bekasi, mereka membuat formasi pedang salib dan mahkota paus. Padahal masjid terbesar di Bekasi ini adalah simbol kewibawaan umat Islam se-Bekasi. Simbol umat Islam pun ternoda.

Insiden SARA ini terjadi dalam Karnaval antinarkoba Bekasi yang digelar dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) hari Ahad (2/5/2010). Karnaval yang digelar oleh Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi itu dimulai dari Gor Bekasi menuju alun-alun, melewati masjid Al-Barkah, lalu finish di Kantor PMI Bekasi.

Menurut Benny Tunggul, Koordinator Lapangan Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi, para peserta karnaval berasal dari sekolah-sekolah se-Bekasi.

“Ini dalam rangka Hardiknas, kita melakukan karnaval Bekasi bebas narkoba. Kita harapkan semua generasi muda perang terhadap narkoba,” kata Benny di halaman kantor PMI Bekasi, Ahad (2/5/2010).

Mulanya pawai yang diikuti sekira dua ratusan peserta itu berlangsung biasa saja. Pada barisan depan diawali dengan marching band berseragam biru muda. Di bagian punggungnya terdapat logo Yahudi, yaitu bintang david.

Kemudian disusul dengan barisan siswa anak-anak SD dengan membawa panji-panji kristiani bertuliskan: Elshadai, Adonai, Yehova Rapha, Yehova Shalom, Yehova Nissi, Yehova Shammah, dll. Ada juga bendera putih dalam ukuran besar bergambar bintang david (david star).

Seorang peserta lainnya, membawa bendera oranye dalam ukuran besar bertuliskan “Jawa Barat,” disertai gambar pedang terhunus yang mengeluarkan api. Pada bagian atas, nampak gambar seekor maung (singa) yang dipenggal dengan sebilah pedang, lalu di bagian paling atas ditampakkan logo bintang david.

Sekitar pukul 8.30 pagi, ketika melewati alun-alun, tepat di masjid Al-Barkah, beberapa peserta karnaval berbuat ulah. Padahal di dalam masjid terbesar sekota Bekasi itu sedang dilangsungkan akad nikah, seorang qori sedang membacakan tiwalah Al-Qur’an.

MASJID AGUNG SUNDA KELAPA

Tak seperti masjid kebanyakan, Masjid Agung Sunda Kelapa tak memiliki kubah, bedug, bintang-bulan, dan sederet simbol yang biasa terdapat dalam sebuah masjid. Menara yang ada pun sangat unik. Bentuk bangunannya mirip perahu, sebagai simbol pelabuhan Sunda Kelapa tempat saudagar muslim berdagang dan menyebarkan syariat Islam di masa lalu.
Selain itu, bentuk perahu adalah makna simbolik kepasrahan seorang muslim. Bagaikan orang duduk bersila dengan tangan menengadah, berdoa mengharap rahmat dan kasih sayang-Nya.

Abbas, tak sendirian. Ia didukung para jenderal di Menteng yang menyumbangkan dana awal pembangunannya. Para jenderal merasa harus meluruskan kekeliruan sejarah atas G30S/PKI, dengan membangun sebuah masjid yang nyaman untuk pelaksanaan ibadah. Karena pembangunan tak kunjung selesai, Pemda DKI Jakarta semasa Ali Sadikin (alm), merasa harus turun tangan Pemda merampungkan pembangunannya sampai berdiri kokoh pada tahun 1970.

Menempati area 9.920 m², Masjid Agung Sunda Kelapa mampu menampung 4.424 jamaah. Ini ditunjang dengan Ruang Ibadah Utama Masjid Sunda Kelapa, Aula Sakinah, dan Serambi Jayakarta.

Staf operasional Masjid Agung Sunda Kelapa, Rudi, bertutur, “Dengan ruangan kantor lima lantai, Masjid Agung Sunda Kelapa siap melayani umat seminggu penuh pukul 08.00-20.00 WIB. Terdapat Baitul Maal yang mengadakan penggalangan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) untuk mendukung layanan kesehatan cuma-cuma bagi fakir-miskin di wilayah Jabodetabek.”












Masjid Agung Banten yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin atau putera dari Sunan Gunung Jati, meskipun telah berumur lebih dari 4 abad (didirikan pada kisaran tahun 1560-1570), nampak masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik. Seperti juga mesjid-mesjid lainnya, bangunan induk mesjid berdenah segi empat. Atapnya merupakan atap bersusun lima dengan bagian kiri dan kanannya terdapat masing-masing serambi. Agaknya serambi ini dibangun pada waktu kemudian. Didalam serambi kiri, yang merupakan bagian utara dari mesjid, terdapat makam-makam dari beberapa sultan Banten dan keluarganya, diantaranya makam Maulana Hasanuddin dan isterinya, Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar. Sedangkan didalam serambi kanan, yang terletak di selatan, terdapat pula makam-makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul 'Abidin dan lain-lainnya. Pada bagian tangga pada masdjid itu memiliki model menyerupai goa, yang menurut sejarah pembangunannya dilakukan atas bantuan seorang arsitektur asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.

Masjid Agung Semarang / Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

asjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang dibangun pada tahun 2001 sampai dengan 2006 ini berada di kawasan Semarang Timur, tepatnya berlokasi di Jalan Gajah Semarang. Masjid yang megah dan spektakuler ini berdiri di atas lahan 10 hektare dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap, seperti convention hall (auditorium), souvenir shop, pujasera, gedung perkantoran, perpustakaan, dan menara pandang.Masjid Agung Semarang / Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)Masjid dibangun kurang lebih lima tahun masa pembangunan ini adalah berangkat dari idealisme dan cita-cita yang paling utama yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) mampu menjadi pengendali kehidupan sosial ekonomi yang cenderung mengedepankan keduniawian. Secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar 198.692.340.000 rupiah.

Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tang 14 Nopember 2006 dengan menekan tombol sirine dan penandatanganan replika prasasti.

Sedangkan prasati yang asli sudah dipasang secara permanen di halaman depan masuk Masjid setinggi 3,2 meterdengan berat 7,8 ton, adalah batu alam yang diambil dari lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jateng.

Prasasti ini dipahat Nyoman M. Alim yang juga dipercaya membuat miniatur candi Borobudur yang ditempatkan di Minimundus Vienna Austria pada tahun 2001.

Masjid Agung Jawa Tengah dibangun di areal seluas kurang lebih 10 hektar, dengan luas bangunan induk seluas 7.669M2, dan mampu menampung 6000 jamaah.

Sedang pelatarannya seluas 7500 M2 dilengkapi 6 payung raksasa yangbisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi di kota Madinah, mampu untuk menampung 10 ribu jamaah.

MASJID AGUNG DEMAK

Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali Songo. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara.

Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.

Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.